Kawal Pemilihan Gubernur BEM FEB Adakan Bincang Santai

  • By BEM FEB Unair
  • In BEM News
  • Posted 28 April 2018

 

kawal pemilihan gubernurSuasana bincang santai bertajuk Membedah Perekonomian Jawa Timur Menghadapi Transisi Kepemimpinan, Rabu (25/04), di Aula Soepoyo, FEB UNAIR. (Foto: Siti Nur Umami)

UNAIR NEWS – Menjelang pemilihan gubernur Jawa Timur tahun 2018, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Faultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga terus mengawal pesta demokrasi ini. Setelah melakukan pembedahan elektabilitas bersama Kompas, dilanjutkan dengan bincang santai bertajuk Membedah Perekonomian Jawa Timur Menghadapi Transisi Kepemimpinan, Rabu (25/04), di Aula Soepoyo.

Para pembicara yang hadir antara lain, dosen moneter dan perbankan Dr. Wasiaturrahmah, SE., M.Si, dosen ekonomi internasional dan makro ekonomi Akhmad Jayadi, S.E., M.Ec.Dev, dan Founder Sego Bungkusan I Made Arga Swarsa.

Dalam kesempatan itu, Wasiaturrahmah memaparkan kondisi perekonomian Jawa Timur secara agregat untuk menggambarkan langkah tepat yang dapat dilakukan calon pemimpin Jawa Timur. Pada tahun 2017, menurutnya, terjadi perlambatan perekonomian di Jawa Timur, salah satunya dilihat dari konsumsi rumah tangga. Sedangkan sektor yang mendominasi untuk kontribusi PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Jawa Timur ialah sektor manufaktur. Sebaliknya, sektor pertanian mengalami penurunan kontribusi setiap tahunnya, sehingga ini adalah tantangan bagi calon gubernur untuk menaikkan potensi sektor primer.

Secara keseluruhan, kondisi perekonomian Jawa Timur tegolong tinggi dibandingkan daerah lainnya, yakni tumbuh 5.37 pada kuartal I 2017. Namun, Wasiaturrahmah menegasakan bahwa masih terdapat ketimpangan antar daerah, misalnya di Sampang dan Bangkalan.

Dari berbagai daerah, terdapat 4.617.01 ribu penduduk miskin (tahun 2017). Tingkat kemiskinan yang masih tinggi tentunya mendorong upaya-upaya perbaikan. Selain itu, human development index untuk Madura memerlukan perhatian serius, baik dalam perbaikan pendidikan, status ekonomi, dan kesehatan.

Sementara dari sudut ekonomi politik, Jayadi menilai euforia politik pada setiap pesta demokrasi sangat berdampak untuk menstimulus perekonomian. Peredaran uang mengarah pada pengadaan atribut, survei, hingga biaya tenaga kerja di TPS (Tempat Pemungutan Suara). Secara perhitungan minimal, biaya survei yang meliputi gaji surveyor, biaya turun lapangan, hingga souvenir untuk responden, diperkirakan mencapai 2.4 miliar untuk enam bulan. Porsi itu hanya sebagian kecil dari seluruh biaya yang dikeluarkan, belum termasuk biaya kampanye kedua pasang calon.

“Meskipun terdapat indikasi money politic dalam setiap pesta demokrasi, namun membawa dampak baik bagi perekonomian. Estimasi minimal sekitar 600 miliar dana yang dikeluarkan akan menggerakkan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur hingga 5.4%,” tutur dosen yang juga menjadi panelis debat Cagub dan Cawagub 2018 ini.

Perekonomian tidak hanya dilihat secara agregat. Namun, Arga membawakan perspektif berbeda dari gerakan anak muda. Ia merupakan penggerak organisasi Sego Bungkus yang berfokus membantu masyarakat miskin dengan memberikan nasi bungkus setiap Jumat. Selama enam tahun berjalan, ia menemui berbagai fenomena kemiskinan urban.

“Setelah kami mencoba berinteraksi dengan masyarakat yang hidup di pinggir jalan, pertokoan, hingga di dalam gerobak, mayoritas mereka adalah pendatang. Mereka berharap perbaikan ekonomi di perkotaan, namun kenyataannya tidak demikian. Sehingga mereka terjebak dalam lingkaran kemiskinan,” jelas Arga yang juga alumni UNAIR.

“Semoga social movement ini dapat menggerakkan generasi muda untuk terjun di dunia sosial dan lebih peduli terhadap sekitar. Walaupun tujuan awal menurunkan kemiskinan tidak dapat tercapai secara instan begitu saja, namun penting untuk membuat orang lain berbagi,” harapnya. (*)

Penulis : Siti Nur Umami

Editor: Binti Q. Masruroh

Sumber : news.unair.ac.id

Hits 8172